Minggu, 28 November 2010

MOTIVASI DAN TUJUAN KELOMPOK

A. Definisi
(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri
(intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah
pada tercapainya tujuan organisasi.


B. Teori-teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan
     tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya
     Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland, Vroom
     a. Satisfaction of Needs Theory (Maslow)
          menyusun tingkat kebutuhan manusia


     b. Motivation Maintenance Theory (Herzberg)
         Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
         Satisfiers = intrinsic factor
         Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
         Dissatisfiers = extrinsic factor
         Maslow = lower order needs (fisiologis, security dan social)


     c. Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
         Need of power
         Need of affiliation
         Need of achievement


Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)

Sabtu, 20 November 2010

kohesivitas yang produktif

Sebuah proyek penelitian yang dilakukan oleh Stanley (1977, p 69) menunjukkan bahwa hasil thepositive dalam kasus produktivitas sebenarnya adalah konfirmasi besar dari prediksi yang kohesi tinggi terkait dengan variabilitas tinggi antara kelompok-kelompok dalam standar kinerja. Lebih tup (2006, p 226) mendefinisikan empat kategori "Dampak kohesi kelompok: 1) Kepuasan 2) komunikasi 3), permusuhan 4) produktivitas. Meskipun permusuhan sering tinggi dalam kelompok-kelompok kohesif, tapi tindakan seperti diarahkan terhadap non-anggota.

Profesor losh (2001) menjelaskan kelompok thathighly kohesif dapat menerapkan aturan kelompok, apa yang mereka, jauh lebih baik daripada kelompok lain yang kurang kohesif. sesuai dengan tekanan (tekanan internal) lebih besar. Karena orang-orang nilai keanggotaan mereka dalam kelompok tertutup, siap untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan norma kelompok. Meskipun badai "pertama" dan konflik, ketika kelompok "gel", sebuah normalisasi "" adalah mengikuti periode dan anggota. Namun, tekanan eksternal yang lebih besar. kelompok penekan yang lebih bersatu pada kelompok dissidentsthe memenuhi pedoman ini, kelompok yang kurang kohesif serta melakukan.
Namun, Lebih tua (2006, p 226) berpendapat bahwa meskipun beberapa peneliti telah menemukan bahwa kelompok kohesif sangat produktif, memiliki tingkat tinggi kohesi kelompok, beberapa hasil buruk. Meskipun kesempatan, kerja sama, dan sebagai akibat dari kohesi tinggi dari anggota kelompok yang dikenal sebagai metode yang paling efektif pengembangan produk dalam industri teknologi tinggi. Sebenarnya, kerja tim didorong dan memang cultureJobs di Silicon Valley.
Untuk kerja sama tim terbaik, manajemen proyek dan hukum merupakan faktor penting. Jika tim ini dikelola dengan baik, sumber daya dapat terbuang. Karena itu, jika kohesi tinggi dalam kelompok dapat mengarah ke peningkatan produktivitas dikelola oleh Grup. karyawan tidak termotivasi dalam kelompok dengan kohesi yang tinggi dapat memimpin seluruh tim demoralisasi dan penurunan produktivitas, sebaliknya, kelompok dengan tinggi cohesionprovided itu dikelola dengan baik dan motivasi staf, beberapa aspek bisa melakukan mujizat. Dalam pengalaman saya dengan kohesi Tinggi, yang dikelola dengan baik dan termotivasi anggota untuk menyelesaikan masalah teknis dan bisnis yang lain mungkin sulit dilakukan dalam waktu yang wajar untuk menyelesaikan.
sumber :

pengaruh kohesivitas dalam sosial

Kajian mengenai perilaku kekerasan yang terjadi dalam suatu kelompok tidak dapat terlepas dari keberadaan kelompok itu sendiri dalam struktur sosial masyarakat. Kelompok memiliki suatu kesatuan perasaan dan aktivitas bersama dalam pola-pola interaksi sosial yang relatif menetap. Adanya perasaan loyal, solidaritas, saling ketertarikan dan saling bekerja sama lebih cenderung timbul dalam suatu ikatan kelompok.


Hasil penelitian psikologi sosial menyebutkan bahwa kelompok yang anggota-anggotanya memiliki kohesivitas tinggi akan memiliki komunikasi yang intensif antar individu-individunya, saling menghargai yang tinggi, interaksi yang kuat, saling memiliki rasa aman dan akan cenderung melakukan suatu kerja sama. Dari karakteristik tersebut dapat diprediksi bahwakelompok akan memiliki peran yang sangat kuat disamping sebagai identitas baru dan juga sebagai kontrol sosial bagi tiap anggota individunya. Pada tahap-tahap tertentu peran kelompok akan sangat dominan terhadap anggotanya sehingga mampu mengkaburkan peran-peran individu di dalam kelompok.Setiap tindakan yang akan dilakukan oleh anggota kelompok akan mengacu pada norma kelompok yang dianutnya.

Salah satu bahasan psikologi sosial menyebutkan bahwa perilaku agresi kekerasan dalam skala kelompok berawal dari adanya proses Berpikir Kelompok (Group Think). Berpikir kelopmpok adalah suatu proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa subyek pelaku kekerasan dalam skala kelompok seperti kelompok etnis, kelompok perguruan beladiri, suporter serta kelompok aparat keamanan adalah kelompok yang memiliki kohesivitas yang sangat tinggi. Group Think terjadi dalam kelompok yang sangat menekankan pada konsesus kelompok sehingga kemampuan kritis individu akan cenderung terabaikan (Stephen dalam Hanuwan,2001). Ketika suatu kelompok memutuskan untuk terlibat dalam aksi perilaku kekerasan maka yang terjadi adalah hilangnya peran-peran individu untuk menentukan pendapat akibat adanya ‘konsensus bersama’ yang harus dipatuhi.

Pada saat perilaku agresi muncul sebagai akibat adanya reaksi frustasi agresi kelompok ataupun karena adanya rangsangan fisiologis (phisiological aurosal) atau sebagai respon yang telah dipelajari, maka kelompok akan menghilangkan kontrol sosial yang dimiliki dan meresponnya dalam bentuk tindakan agresi.

Ahli psikologi sosial Irving Janis (Baron & Byrne, dalam Hanurwan, 2001) mengidentifikasi delapan simptom tentang berpikir kelompok (group think) pada proses munculnya kekerasan .Pertama adalah adanya simptom kekebalan diri (illusion of invulnerability), dimana pada situasi ini sebuah kelompok akan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dengan keputusan yang diambil dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka memandang kelompok mereka yang sangat unggul dan tidak pernah kalah dalam segala hal. Berikutnya adalah adanya simptom stereotip bersama, dimana suatu kelompok memiliki pandangan sempit dan anggapan sepihak bahwa kelompok lain lebih lemah. Adanya simptom moralitas, dimana pada suatu kelompok muncul anggapan bahwa kelompoknyalah yang paling benar dan merasa perlu untuk menjadi pahlawan kebenaran yang bertugas meluruskan kesalahan yang dilakukan kelompok lain. Kemudian adanya simptom rasionalisasi yang menjelaskan adanya argumentasi sendiri bahwa perilaku agresi tersebut merupakan keinginan kelompok lawan sendiri dan tindakan yang dilakukan adalah untuk membebaskan mereka (seperti kasus invasi AS ke Irak).Adanya simptom ilusi anonimitas, dimana ketika ada sebagian anggota yang ragu dengan tindakan kelompoknya namun tidak seorangpun dari mereka memiliki keberanian untuk mengungkapkan keraguan tersebut. Anonimitas yang menyebabkan individu-individu yang masuk dalam kelompok menjadi kehilangan identitas individunya (deindividuasi). Kondisi ini akan mendorong berkurangnya kendali moral individu yang selanjutnya timbul penularan perilaku yang tidak rasional dan cenderung bersifat destruktif. Adanya simptom ini dikuatkan dengan simptom tekanan untuk berkompromi terhadap keputusan kelompok. Individu akan ditekan untuk memiliki pandangan yang sama dengan sebagian besar individu lain yang ada dalam kelompoknya. Sampai pada tahap ini, tahapan berikutnya adalah munculnya gejala Swa-Sensor, dimana dibawah pengaruh kelompok yang sangat kohesif akan membuat sebagian besar orang mensensor setiap pandangan yang berbeda yang muncul dari diri mereka sendiri. Simptom terakhir adalah adanya usaha-usaha pengawasan mental. Dalam kelompok yang kohesif, satu orang atau lebih akan memiliki peran yang secara psikologis bertugas memelihara suasana dengan cara menekan orang yang berbeda pendapat dari kelompok umumnya.
Pola perilaku kekerasan yang didasarkan pada keberadaan simptom-simptom tersebut di dalam suatu kelompok menjadi sebuah persoalan rumit yang sulit untuk dihindari bahkan dihilangkan. Karena esensi dari suatu kelompok itu sendiri yang merupakan bentuk kesatuan sistem sosial dari individu-individu yang ada didalamnya. Sehingga diperlukan strategi-strategi yang efektif untuk mengendalikan dan mengurangi prevalensi perilaku agresi yang dapat muncul dalam suatu kelompok.
Briptu Ritus Nur Armada, S.Psi

sumber :

kohesivitas dalam interaksi

kohesivitas merupakan teamwork dan juga multidimensional.
dalam teamwork banyak teori yang menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. kelompok yang dinyatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependece of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan. dengan kata lain demi menghasilkan suatu pencapaian yang tinggi diperlukan kerja keras bersama dan maka dari itu relasi antar anggota harus kuat.

kohesivitas adalah multidimensional. dinamika kelompok yang berbeda telah mengkonsep kohesivitas dalam beberapa cara. Kenent Dion yakin bahwa kohesivitas adalah konstruk multidimensional. membentuk kekuatan sosial, rasa untuk bersatu, ketertarikan antar anggota dan kelompok itu sendiri, dan kemampuan kelompok untuk bekerja sebagai tim merupakan semua komponen dari kohesivitas, tetapi kelompok yang kohesif mungkin tidak memiliki seluruh (lengkap) kualitas ini. sehingga, tidak ada kelompok yang benar-benar kohesif. suatu kelompok mungkin menjadi kohesif karena anggotanya bekerja dengan baik dengan anggota lain dan berbeda dari kelompok lain yang menjadi kohesif karena setiap anggotanya memiliki rasa kebersamaan kelompok.

sumber:

kohesivitas

Collins dan Raven (1964)  : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencenggahnya meninggalkan kelompok.
kohesivitas kelompok juga merupakan suatu rasa "ke-kita-an/ke-kami-an" dalam kelompok yang mengatasi perbedaan individu dan motifnya dalam kelompok. secara singkat, kohesivitas kelompok adalah "sense of belonging".
menurut Tziner (1982), kohesivitas kelompok ada yang berdasarkan relasi interpersonal yang menekankan pada kepuasan emosional (socio-emotional), dan adapula yang berdasarkan pencapaian tujuan yang menekankan pada kesuksesan penyelesaian masalah (tast-instrumental).

ALAT UKUR
1. ketertarikan interpersonal antar anggota
2. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David and Harary)

kelompok yang makin kohesif maka:
- tingkat kepuasan makin besar
- anggota merasa aman dan terlindungi
- komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
- makin mudah terjadi komformitas

http://strategihr.insannusantara.com/2010/07/bangun-kelompok-dengan-konflik/
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:bUz3nnLjyqcJ:klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9085/Handout%2BPsikologi%2BKelompok.pdf.pdf+ketertarikan+interpersonal&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjqIWVtOyhE-rUgvo8AxAX5E4zUR0GTa2BoA3jIcqZw1uFuHja17wF696Q9HRi2bREUpj31WTaa2F-v_JPV67rlGH8e8e1ZX6Su-3GoY2AdKDheeVFXzsGRnU3WZLtSMY9cAR46&sig=AHIEtbS8fuxttMxcGZAg1l6SPua-J2mYeg



Jumat, 12 November 2010

TEORI GROUPTHINK



SEJARAH

Teori Groupthink Merupakan hasil karya Irving Janis pada tahun 1972, dimana ia menggunakan pendekatan yang sangat menarik. Janis menggunakan data sejarah untuk mendukung teorinya dengan menganalisa enam episode pengambilan keputusan nasional dimana hasil-hasil bisa bagus atau buruk, tergantung pada batasan-batasan berpikir kelompok (Groupthink). Contoh-contoh negatif meliputi invasi Teluk Babi, Perang Korea, Pearl Harbour, dan eskalasi Perang Vietnam. 
Salah satu kasus Janis tentang pengambilan keputusan yang berhasil adalah respon pemerintahan Kennedy terhadap krisis misil Kuba. Pada bulan Oktober 1962, Kuba ketahuan tengah membangun pangkalan-pangkalan senjata nuklir ofensif dan mempersenjatai mereka dengan rudal-rudal soviet. Presiden Kennedy telah mengalami satu contoh berpikir kelompok (Groupthink) dalam invasi Teluk Babi setahun sebelumnya, dan ia sepertinya sudah belajar apa yang tidak boleh dilakukan dalam krisis-krisis Internasional seperti itu. Misalnya, ia terus menerus mendorong para penasihatnya untuk saling menantang dan berdebat satu sama lain. Ia menahan diri untuk tidak memimpin kelompok tersebut terlalu dini dengan pendapatnya sendiri, dan ia membentuk sub-sub kelompok untuk membahas masalah itu secara terpisah untuk tidak saling memperkuat opini-opini para anggotanya. Banyak anggota, termasuk Kennedy, berbicara dengan pihak luar dan para ahli dan para ahli tentang masalah itu untuk memastikan didengarnya opini-opini segar. Pada akhirnya, Kennedy berhasil melancarkan sebuah blokade militer dan menghentikan pembangunan Kuba-Soviet tersebut. 

Pengertian dan Asumsi-asumsi

Janis meneliti kelengkapan dari keputusan-keputusan kelompok secara seksama. Dengan menekankan pada pemikiran kritis, ia menunjukan bagaimana kondisi-kondisi tertentu dapat mengarah pada kepuasan kelompok yang tinggi akan tetapi output-nya tidak efektif 
Janis menggunakan istilah groupthink sebagai suatu cara berpikir yang dipakai oleh individu ketika mereka terlibat secara mendalam pada sebuah in-group yang kompak, dimana usaha-usaha para anggotanya untuk mencapai kesepakatan mengalahkan motivasi mereka untuk secara realistis memperhitungkan tindakan-tindakan alternative. Groupthink merujuk pada penurunan efisiensi mental, pengujian realita, dan penilaian moral yang diakibatkan oleh tekanan in-group.

Groupthink adalah akibat langsung dari kekompakan didalam kelompok yang pertama kali dibahas secara mendalam oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, dan sejak saat itu groupthink dipandang sebagai sebuah variable penting dalam keefektifan kelompok. Dalam sebuah kelompok yang sangat kompak, suatu identifikasi bersama yang kuat akan mempersatukan kelompok tersebut.

Kekompakan adalah suatu akibat dari sejauh mana semua anggota memandang bahwa sasaran-sasaran mereka dapat dicapai di dalam kelompok . ini tidak menuntut para anggota untuk memiliki sikap yang sama tetapi para anggota tersebut saling bergantung dan mengandalkan satu sama lain untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu yang diinginkan bersama. Penelitian terhadap kelompok kecil menunjukan kekompakan memiliki pengaruh positif karena dapat membantu sinergi efektif dan meminimalkan energi intrinsik.

Teori Groupthink termasuk kedalam kelompok Group Communication Theory. Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya : Human Communication, A Revision of Approaching Speech / Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interakasi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecah masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. 

Titik berat komunikasi kelompok adalah pada gejala komunikasi kelompok kecil tentang bagaimana caranya untuk dapat lebih mengerti proses komunikasi kelompok, memperkirakan hasilnya serta lebih meningkatkan proses komunikasi kelompok. 
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok kedalam tiga tipe, dimana setiap kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut yaitu :

a. Kelompok Belajar (Learning Group)

Ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan. Jadi, apapun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya.

b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group) 

Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah growth group tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.

c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)

Problem Solving Group dalam operasionalisasinya, melibatkan dua aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (Gathering Information) yaitu bagaimana sebuah kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna sebagai landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua adalah pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi

Dalam dataran teoritis kita mengenal teoritis kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).

a. Kewenangan Tanpa Diskusi

Metode ini seringkali dipakai oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak memiliki waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini secara sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapat persetujuan para anggotanya.namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan seperti munculnya ketidakpercayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya karena mereka kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang diambil secara individual. 

b. Pendapat Ahli

Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli tersebut benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karena sangat sulit menurunkan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah 
persoalan yang rumit. 

c. Kewenangan Setelah Diskusi

Sifat otokratik dalam metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama, karena metode ini mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab. Metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu para anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi pembuat keputusan.

d. Kesepakatan

Kesepakatan atau konsensus akan terjadi apabila semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan , yaitu partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat meningkatkan keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Metode konsensus sangat penting khususnya dalam keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks. Metode ini memiliki kekurangan dalam hal waktu yang dibutuhkan dalam membuat keputusan. Metode ini tidak cocok digunakan dalam keadaan yang mendesak.


sumber:
http://donatdonit.blogspot.com/2010/05/teori-groupthink.html

groupthink

groupthink merupakan kelompok yang kadang-kadang jatuh kedalam gaya berpikir dimana pemeliharaan kelompok kohesi dan kebersamaan menjadi penting dan menjadi hasil yang buruk dalam pengambilan keputusan.
Janis (1972) mendefinisikan sebagai "cara berunding anggota kelompok yang digunakan saat keinginan mereka untuk kebulatan suara mengesampingkan motivasi mereka untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis".

gejala utama groupthink :
-kekebalan kelompok dalam berpikir
-self sensor : terhadap ide-ide yang tidak disetujui
-tingginya tekanan akan konformitas
-tekanan untuk menyesuaikan diri
-diragukannya kepercayaan dalam kelompok

groupthink terjadi paling sering ketika kelompok tersebut sudah kohesif, terisolasi dari pendapat yang saling bertentangan dan dimana pemimpin terbuka dan direktif.

sumber:
http://changingminds.org/explanations/theories/groupthink.htm

-DEINDIVIDUASI-

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anominitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepilone, & newcomb, 1952).

perspektif teoritis
1. Teori perilaku kolektif
kolektif yaitu kumpulan individu yang lebih dari sekedar agregrat, tapi juga bukan kelompok yang sebenarnya.

tipe kolektif
a social agerat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. collective movement : organisasi politik, dsb

- teori konvergen
   mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari
   perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
- teori contagion
   emosi dan perilaku dapat ditransmisi dari satu orang keorang lain sehingga orang cenderung berperilaku
   sangat mirip dengan orang lain
- teori emergent-norm
   teori gabungan konvergen-contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya
   dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma dalam situasi tertentu.

2. teori deindividuasi
penyebab
1. rendahnya identiafibilitas seseorang
2. rasa keanggotaan dalam kelompok
3. ukuran kelompok semakin besar, semakin terdeindividuasi
4. kebangkitan personil : amarah

Sumber : http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:bUz3nnLjyqcJ:klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9085/Handout%2BPsikologi%2BKelompok.pdf.pdf+ketertarikan+interpersonal&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjqIWVtOyhE-rUgvo8AxAX5E4zUR0GTa2BoA3jIcqZw1uFuHja17wF696Q9HRi2bREUpj31WTaa2F-v_JPV67rlGH8e8e1ZX6Su-3GoY2AdKDheeVFXzsGRnU3WZLtSMY9cAR46&sig=AHIEtbS8fuxttMxcGZAg1l6SPua-J2mYeg

Jumat, 05 November 2010

perform dalam kelompok

PERFORMANCE
(kerja sama dalam kelompok)
fasilitas sosial (Norman Triplett 1897) memaparkan tentang kehadiran orang lain meningkatkan kinerja seseorang.



1. Coaction Paradigm
beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi. contohnya saat ujian. walaupun berada ditempat dan melakukan hal sama, tetap saja ada peraturan yang harus disepakati dengan cara tidak berinteraksi dengan peserta lainnya.

2. Audience Paradigm (passive spectators)
kehadiran orang lain justru menghambat kinerja. jika kita sedang fokus pada suatu hal, misalnya saja saat kita belajar ada yang membuat kisruh atau berisik, maka saat itu konsentrasi kita akan pecah dan itu membuat kinerja kita terhambat.

Penelitian Robert Zajonc:
*Respon dominan
fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai

*Respon nondominan
fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai

Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)

Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi

Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan




Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk
kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk
kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe
masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum
tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya
dengan mengkombinasikan input individualnya

Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses.

Kamis, 04 November 2010

norming dan pembentukan struktur kelompok

NORMING
merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh anggota. ditandai dengan berkembangnya hubungan yang karib dan kelompok memperagakan kekohesifannya (kesalingtertarikannya). ada rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. tahap ini selesai bila struktur kelompok telah kokoh dan kelompok telah menyerap perangkat pengharapan dari apa yang didefinisikan oleh perilaku anggota yang benar.


pembentukan struktur kelompok :
a. ROLE (peran)
perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.  peran juga merupakan seperangkat pola perilaku yang diharapkan, dikaitkan pada seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu satuan sosial. Shakespeare berkata : "dunia ini sekedar panggung, dan semua pria dan wanita semata-mata pemain". dengan kata lain, semua anggota kelompok adalah aktor, masing-masing memainkan peran.

beberapa jenis peran :
- peran identitas : sikap-sikap dan perilaku tertentu yang konsisten dengan suatu peran.
- persepsi peran : pandangan seorang individu mengenai bagaimana ia seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.
- pengharapan peran : bagaimana orang lain meyakini seseorang seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu.

perbedaan peran :
task roles → tugas 
socioemotional roles → sosioemosi

 teori 3 dimensi peran :
a. dominance - submission
b. friendly - unfriendly
c. instrumentally controlled - emotionally eupressive 

konflik peran :
bila seseorang individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan.


b. norma (norm)
standar perilaku yang dapat diterima baik yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. misalnya : kita tidak mengkritik orang didepan umum. sejauh ini norm dalam organisasi bersifat informal. lazim nya norma berkembang secara bertahap, ketika anggota kelompok mengetahui perilaku-perilaku apakah yang diperlukan agar kelompok berfungsi secara efektif.


c. hubungan antar anggota